EFEKTIVITAS INOKULUM FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI TANAMAN HUTAN

EFEKTIVITAS INOKULUM FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI TANAMAN HUTAN

Authors

  • Luluk Setyaningsih Fakultas Kehutanan, Universitas Nusa Bangsa Jl. KH. Sholeh Iskandar Km 4, Tanah Sareal, Bogor

DOI:

https://doi.org/10.31938/jsn.v1i2.20

Abstract

Effectiveness of mycorrhizal fungi inoculum Arbuskula Growth of seedling Plain Forest

         Utilization of mycorrhizae in forestry are often constrained in the availability of inoculum mukoriza that not every moment can be obtained in sufficient quantities and in accordance with the type of crop and land acidity. It required effort to make the inoculant that can anticipate the condition. It has been developed inoculant arbuscular mycorrhizal fungi (AMF), that explores from various acidity land from under the stands of forest plants, namely inoculum R2, P2, N2 and C2-containing AMF of the genus Glomus sp. The study was conducted with 5 grams inokulasi AMF inoculum (equivalent to 15-30 spores) on seedling sengon (Paraserianthes falcataria), teak (Tectona grandis) and meranti (Shorea leprosula). Observations were carried out for 9 weeks by measuring the height and diameter growth of each week and dry biomass and shoot-root ratio at the end of observation. The statistical analysis was complete randomized with design 5 treatment of inoculant without comparing among species of forest plants seedlings. Results of variance analysis showed that after 9 weeks of observation, AMF inoculum treatments did not significantly affect height growth (p <0:40) and diameter (p <0.59) of sengon seedlings, but significant effect on diameter growth (p <0:09) and the growth of teak seedlings higher (p <0:06) and total dry weight (BKT) (p <0.07) seedling timber. C2 inoculant was effective to increase seedling height growth sengon up to 5% and meranti up to 22%. R2 inoculant increased height growth for seedlings of teak and meranti respectively 25% and 81%; Inokulan P2 increased by 23% and 81%, while the N2 inoculant increased by 21% and 53% of seedling growth of teak and meranti. Inoculant R2, P2 and N2 are recommended to be applied to seedlings of teak, and timber, while for legume crops such as sengon more advisable to use inoculants C2.

Key words : inoculum, Arbuscular Mycorrhizal Fungi, Forest plants seedling

 

 Abstrak

          Pemanfaatan mikoriza di bidang kehutanan sering terkendala pada ketersediaan  inokulum mukoriza yang tidak setiap saat dapat diperoleh dalam jumlah cukup dan yang sesuai dengan jenis tanaman serta keasaman lahan.  Untuk itu diperlukan upaya untuk membuat inokulan yang dapat mengantisipasi kondisi tersebut.  Telah dikembangkan inokulan fungi mikoriza arbuskula (FMA) hasil eksplorasi dari berbagai keasaman lahan dari bawah tegakan tanaman hutan, yaitu inokulum R2, P2, N2 dan C2 yang mengandung FMA dari genus Glomus sp. Penelitian dilakukan dengan menginokulasikan sebanyak 5 gram inokulum FMA (setara 15-30 spora) tersebut pada semai sengon (Paraserianthes falcataria), jati (Tectona grandis) dan meranti (Shorea leprosula).  Pengamatan dilakukan selama 9 minggu dengan mengukur pertumbuhan tinggi dan diameter setiap minggu dan biomasa kering serta rasio pucuk-akar pada akhir pengamatan.  Penelitian dirancang secara acak lengkap dengan 5 perlakuan inokulan dengan tanpa membandingkan antar jenis semai tanaman hutan. Hasil analisa sidik ragam menunjukan bahwa setelah 9 minggu pengamatan, perlakuan inokulum FMA tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi (p<0.40) dan diameter (p<0.59) semai sengon, namun berpengaruh nyata pada pertumbuhan diameter (p<0.09) semai jati dan pertumbuhan tinggi (p<0.06) serta berat kering total (BKT) (p<0.07) semai meranti . Inokulan C2 efektif untuk peningkatan pertumbuhan tinggi semai sengon hingga 5% dan meranti hingga 22%.  Inokulan R2 mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi semai jati dan meranti masing-masing sebesar 25% dan 81%;  Inokulan P2 meningkatkan sebesar 23% dan 81%; sedangkan inokulan N2 mampu meningkatkan sebesar 21% dan 53% terhadap pertumbuhan semai jati dan meranti.  Inokulan R2, P2 dan N2 lebih disarankan untuk diaplikasikan pada semai jati, dan meranti, sedangkan untuk tanaman legum seperti sengon lebih disarankan menggunakan inokulan C2.

Kata kunci : Inokulum, Fungi Mikoriza arbuskula, Semai tanaman hutan

Downloads

Download data is not yet available.

References

Allen, M. F. dan Allen, E. B. 1992. Development of Mycorrhizal Patches in a Successional Arid Ecosystem. Pp 164-170. In : Mycorrhizas in Ecosystem. (Eds. Read, D. j., Lewis, D. L., Fitter, A. H., and Alexander, L. J.). CAB International. Wallingford, UK.

Alloway, B. J. 1995. Heavy Metals in Soil. 2nd Edition. Blackie Academic and Profesional. London.

Allen, EB, Cunningham GL. 1983. Effect of vesicular-arbuscular mycorrhizae on Distichlis spicata under three salinity levels. New Phytol. 93:227-236

Brundrett, M., Bougher N., Dell B., Grove T., and Maljczuk N. 1996. Working With Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR Monograph Series. Canbera

Clark RB. 1997. Arbuscular mycorrhizal adaptation, spore germination, root colonization, and host plant growth and mineral acquisition at low pH. Plant and Soil 192 : 15-22

Ekamawanti HA, Rukmi I, Rahayu S. 1994. Eksplorasi keanekaragaman cendawan mikoriza arbuskular (CMA) pada lahan gambut. Makalah dalam seminar on Self Development Project. Universitas Andalas. Padang (tidak dipublikasikan)

Evayenri. 1998. Studi Keanekaragaman dan potensi inokulum cendawan mikoriza arbuskula (CMA) di lahan gambut (studi kasus di Kabupaten Bengkalis Prop. Riau). Thesis. Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.

Gerdemann, J. W. 1968. Vasicular-Arbuscular Mycorrhizae and Plant Growth. Annual Review of Phytopathology 6 : 397-418

Harmet, T. Habazar, E. Husin, dan D. P. Putra. 2000. Peranan Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Pupuk fosfor dalam peningkatan Ketahanan Tanaman Kedelai terhadap Penyakit Pustul Bakteri (Xanthomonas campestris pv glycines). Prosiding Seminar Nasional Mikoriza I.

Kartika, Elis. 2006. Tanggap Pertumbuhan, serapan hara, dan karakter morfologis terhadap cekaman kekeringan bibit kelapa sawit yang bersimbiosis dengan CMA. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Disertasi.

Mosse, B. 1981. Vesicular-Arbuscular Mycorrhiza Research for Tropical Agriculture. Research Bulettin 174. Hawai Institute of Tropical Agriculture and Human Resources, University of Hawaii

Muthukumar P. 1999. Vesicular arbuscular Mycorrhizae in Tropical sedges of Southern India. Biol Fertil Soil 22 : 96-100

Phipps CJ, Taylor TN. 1996. Mixed arbuscular mycorrhizae from the Triassic of Antartica. Mycology 88 (5) : 707-714.

Pidjath, C. 2007. Kualitas Bibit Acacia crassicarpa A. Cunn. ex Benth Hasil Sinergi Bi-Organik dengan Cendawan Mikoriza Arbuskula di Ultisol. Institut Pertanian Bogor. Thesis.

Purwanto A. 1999. Studi hubungan salinitas dengan kelimpahan CMA pada lahan hutan pantai dan hutan mangrove di Cagar Alam Leuweung Sancang Kab. Garut Jawa Barat. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Skripsi.

Setyaningsih, L. 2007. Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Kompos Aktif dalam Meningkatkan Pertumbuhan Semai Mindi (Melia azedarach. Linn) pada Media Tailing Tambang Emas Pongkor. Institut Pertanian Bogor. Thesis.

Smith, S.E. and Read, D. J. 1997. Mycorrhizal Symbiosis. Academic Press Limited. London.

Downloads

Published

2017-11-25

How to Cite

Setyaningsih, L. (2017). EFEKTIVITAS INOKULUM FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI TANAMAN HUTAN. JURNAL SAINS NATURAL, 1(2), 119–125. https://doi.org/10.31938/jsn.v1i2.20

Metrics

Loading...