SIMPANAN UNSUR HARA MAKRO (N, P, K, Ca dan Mg) PADA TEGAKAN SENGON (Paraserianthes falcataria (L.)) UMUR 5 TAHUN
DOI:
https://doi.org/10.31938/jns.v16i1.185Keywords:
Simpanan Unsur Hara, Sengon, Unsur MakroAbstract
Sengon (Paraserianthes falcataria) merupakan jenis tanaman yang dikembangkan sebagai tanaman hutan industri maupun hutan rakyat yang dimanfaatkan sebagai bahan baku kayu. Kandungan unsur hara yang terkandung dalam tegakan pohon sengon sangat penting untuk di ketahui.  Penelitian ini bertujuan mengetahui jumlah simpanan unsur hara makro  pada tanaman sengon yang berumur  5. Metode penelitian dengan   mengukur  volume total batang pohon, menghitung persediaan unsur hara sesuai formula yang ditetapkan, luas Bidang Dasar dan volume Batang Pohon. Hasil penelitian menunjukkan volume rata-rata pohon sengon di Desa Cidadap sebesar 412,48 m3/ha dan di Desa Pelabuhan Ratu sebesar 453,61 m3/ha. Kandungan hara makro yang tersimpan pada tegakan sengon adalah unsur kalsium (Ca) yaitu sebesar 0,28 %; kemudian Nitrogen (N) sebesar 0,23 %, Kalium (K) sebesar 0,19 %; Fosfor (P) sebesar 0,08 % dan Magnesium (Mg) yaitu sekitar 145,52 ppm. Simpanan rata-rata unsur hara makro (N, P, K, Ca dan Mg) tegakan Sengon di Desa Cidadap dari hasil penelitian adalah Kalsium (Ca) sebesar 380,22 kg/Ha ; Nitrogen (N) sebesar 311,22 kg/Ha; Kalium sebesar 264,97 Kg/Ha; Fosfat (P) sebesar 109,80 kg/Ha dan Magnesium sebesar 19,81 kg/Ha, sedangkan di Desa Pelabuhan Ratu adalah sebesar 418,14 kg/Ha Kalsium (Ca); 342,29 kg/Ha nitrogen (N); 291,40 kg/Ha Kalium (K); 120,75 kg/Ha Fosfor (P); dan  21,78 kg/Ha Magnesium (Mg).  Semakin besar volume tegakan Sengon, semakin besar pula simpanan unsur hara makro (N, P, K, Ca dan Mg).
Downloads
References
Amalia D.2010. Potensi Pengembangan Hutan Rakyat di Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Anhar, Sahrul. 2006. Kandungan Magnesium pada Biomassa Tanaman Acacia Mangium Willd dan pada Podsolik Merah Kuning di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan. IPB-Bogor.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Baker, F.S., T.W. Daniel, J.A. Helms. 1979. Principles of Silviculture Technical. Second Edition. Mc. Graw Hill, New York.
Delvian.2006.Faktor Penting Bagi Pertumbuhan Pohon dalam Pengembangan Hutan Tanaman Industri. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Hartati, Wahyuni. 2008. Evaluasi Distribusi Hara Tanah Dan Tegakan Mangium, Sengon Dan Leda Pada Akhir Daur Untuk Kelestarian Produksi Hutan Tanaman Di Umr Gowa PT Inhutani I Unit III Makassar. Jurnal Hutan dan Masyarakat vol. III No. 2, Agustus 2008, p. 111-234.
Istomo. 2006. Kandungan Fosfor dan Kalsium pada Tanah Gambut. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XII No. 3 : 40. Riau.
Ismunadji, M.,S. Partohardjono dan A.S. Karama. 1991. Fosfor : Peranan dan Penggunaannya dalam Bidang Pertanian, PT. Petrokimia Gresik (Persero) dengan Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.
Khalif, U., Sri RU, dan Zaenal K. 2014. Pengaruh Penanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) terhadap Kandungan C dan N Tanah di Desa Slamparejo, Jabung, Malang. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol I No 1: 9-16, 2014
Krisnawati, H., Evellina V, Maarit K, dan Markku K. 2011. Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen. Ekologi, Silvikultur, dan Produktivitas. Bogor: Cifor.
Leuwakabessy, F.M., Wahjudin, U.M., dan Suwarno. 2003.Kesuburan Tanah.Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Mackenzen J. 2000. Pengelolaan Unsur Hara pada Hutan Tanaman Industri (HTI) di Indonesia.
Jerman: Badan Kerjasama Teknis Jerman – Deutsche Geselischaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ).
Madgwick, H.A.I. 1976. Mensuration of Forest Biomass. Oslo Biomass Study University of Main at Orono, USA.
Nasution, A.S. 2008. Mengenal Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria).
Pasaribu, R.A. dan Roliadi H. 2006. Kajian Potensi Kayu Pertukangan dari Hutan Rakyat pada Beberapa Kabupaten di Jawa Barat. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006. p. 35-48.
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-V/2004 tentang Pedoman Pembuatan Tanaman Hutan Rakya Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Jakarta:Kementerian Kehutanan.
Pusitarini D. 2006. Sebaran Diameter Pohon Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) yang Mendapat Serangan Xystocera festiva Pascoe pada Berbagai Umur Tegakan. Bogor: IPB.
Raharjo,S.A.S., Prasetyo, B.D., dan Yuniati, D. 2010. Pengembangan Pola/Model Hutan Rakyat sebagai Sumber Kayu Energi dan Kayu Pertukangan di Nusa Tenggara Timur. Kupang: Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangangan Kehutanan Balai Penelitian Kehutanan Kupang.
Ruhiyat, D 1993a. Dinamika Unsur Hara dalam pengusahaan Hutan Alam dan Hutan Tanaman. Siklus Biogeokimia. Prosiding Lokakarya Pembinaan Hutan Tropis Lembab yang berwawasan lingkungan untuk Meningkatkan Produktivitasnya. Departemen Kehutanan R I dan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda. p. 13-26
Soendjoto, M.A., Suyanto, Hafiziannoor, Purnama, A., Rafiqi, A. Sjukran, S.2008. Keanekaragaman Tanaman pada Hutan Rakyat di Kabupaten Tanah Laut, kalimantan Selatan.Biodiversitas vol. 9 No.2 p.142-147.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supriyono. B (2010). Kontribusi Produksi Hutan Rakyat Terhadap Pasokan Kayu Untuk Industri dan Pendapatan Petani. Tesis, Universitas Nusa Bangsa, Bogor.
Tisdale, S.L. and W.L. Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. 3rd. McMilan Publishing Co. New York.
Usman, M. 2001. Memposisikan Hutan Rakyat sebagai Aktualisasi Ekonomi Kerakyatan. Seminar MPI Reformasi di Riau tanggal 11 April 2001.
Whitmore, T.C. and C.P. Burnham. 1984. Tropical Rain Forest of The Far East. Clarendon Press. Oxford.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2018 Khalimi Heruwanto, Bambang Supriono
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.